Pertanyaan
bisa digunakan untuk menunjukkan kekritisan atau kepedulian kepada
orang lain. Namun terkadang, pertanyaan sepele sekalipun bisa
menyakiti perasaan. Banyak orang yang akhirnya malas berinteraksi dengan
kenalan hanya karena menghindari pertanyaan 'berbahaya'.
Konon,
Socrates sang filsuf besar dari Yunani mengembangkan pemikirannya
dengan mengajukan berbagai pertanyaan mengenai dunia. Tragis,
kekritisannya harus berakhir karena dipaksa minum racun oleh para
penguasa yang tak suka dengan pertanyaannya yang menghujam sanubari.
Beberapa pertanyaan yang dapat menyiksa batin antara lain:
1. Kapan Kawin? Ketika ditanya 'Kapan kawin?', mungkin jawaban paling mudah adalah 'May.. maybe yes, maybe no'
menirukan ucapan di sebuah iklan. Pertanyaan ini sangat mengganggu
bagi orang dewasa muda yang belum juga menikah, apalagi jika karirnya
terbilang mapan.
Pertanyaan ini juga dapat memberikan penafsiran seolah-olah mereka
yang tak juga menikah artinya tak laku. Akibatnya sering membuat si
lajang asal mendapat pasangan agar tak lagi diganggu dengan
pertanyaan semacam ini.
2. Kapan Lulus?
Pendidikan adalah modal masa depan. Tapi jika pendidikan tak
kunjung selesai, maka bagaimana bisa menjamin masa depan? Apalagi jika
yang membiayai pendidikan juga sumber dananya terbatas.
Pertanyaan 'Kapan lulus?' sering menjadi momok para mahasiswa
semeseter tua yang tak juga menyandang toga. Tapi bobot kegalauan
yang diakibatkannya tak sehebat pertanyaan 'kapan kawin?' yang dapat
meneror semua orang.
3. Kapan Punya Anak?
Pertanyaan ini amat sensitif bila ditujukan kepada pasangan menikah
yang tak juga punya momongan. Memiliki anak adalah keputusan bersama
suami istri, maka pertanyaan 'kapan punya anak?' terkadang
menyinggung karena melewati batas ranah internal rumah tangga.
Bisa jadi si suami merasa dianggap kurang 'tok cer' atau si istri
dianggap mandul apabila mendengar pertanyaan ini. Karena hanya merusak
mood pasangan yang belum punya anak, maka bobot kegelisahan yang
ditimbulkan tak seberat 2 pertanyaan sebelumnya.
4. Kapan Kerja?
Setelah selesai menempuh pendidikan, orangtua tentu akan sangat
senang melihat anaknya bekerja dan mencukupi kebutuhan hidupnya secara
mandiri. Tapi mencari pekerjaan ideal tidak mudah seperti membalik
telapak tangan.
Pertanyaan
ini bisa terdengar seperti ejekan apabila didengar orang muda yang
telah lulus kuliah namun tak juga dapat pekerjaan yang sesuai.
Efeknya akan hilang setelah si korban mendapat pekerjaan, jadi
kegelisahan yang ditimbulkan tak seganas ketiga pertanyaan sebelumnya.
5. Kapan Bayar Utang?
Apabila berutang, pastikan dapat segera membayar. Jika tidak,
bersiap-siaplah diteror dengan pertanyaan ini. Wajar saja sebab tidak
ada pemberi utang yang rela melepaskan uangnya begitu saja, terutama
apabila pinjaman yang diberikan jumlahnya besar.
Sebenarnya
masalah mengganggu atau tidaknya tetap kembali pada kepribadian si
pengutang. Apabila sudah terbiasa dengan pertanyaan serupa, maka
pertanyaan ini bisa dianggap seolah angin lalu, jadi efek yang
ditimbulkan tidak separah pertanyaan 'kapan kerja?'.